Wednesday 6 June 2012

Teori Akuntansi "Penalaran "


PENALARAN (REASONING) dalam TEORI AKUNTANSI
disini 
       I.            Pengertian Penalaran
Penalaran secara literal Bahasa Inggris adalah reasoning. Berasal dari kata reason, yang secara literal berarti alasan. Berarti reasoning atau to reason adalah memberikan / memikirkan alasan. Penalaran dari aspek teoritis dapat di definisikan sebagai proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap pernyataan atau asersi.
Tujuan dari penalaran adalah untuk menentukan secara logis dan objektif, apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut.
Dari definisi dan tujuan, dapat dilihat bahwa penalaran digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu pernyataan itu dapat diyakini atau dianut. Atau kembali secara literal, kita melihat alasan (reason) dibalik suatu pernyataan.Terdapat 3 komponen pembentuk penalaran yaitu :

1.        Pernyataan atau asersi (assertion)
Pernyataan merupakan masukan (input) dari penalaran. Asersi adalah penegasan tentang sesuatu hal atau realitas yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau ungkapan. Asersi ini harus dikuantifikasikan untuk membatasi asersi universal/umum menjadi spesifik dan menentukan hubungan inklusi, eksklusi, saling-isi.
Pengkuantifikasian ini adalah: sedikit, banyak, tak semua, beberapa, semua
Penyajian asersi akan lebih baik bila berdasar bentuk daripada makna.
Contoh berdasar makna: Semua dosen adalah pendidik. Berdasar makna, orang akan melihat makna asersi daripada bentuknya.
Contoh berdasar bentuk: Semua A adalah B. Bila berdasar bentuk, A atau B kita ganti dengan apapun, asersi itu akan tetap benar.
Hubungan asersi
Asersi inklusi             :  semua A adalah B, tidak semua B adalah A
Asersi ekslusi             :  tidak satupun A adalah B, tidak satupun B adalah A
Asersi saling isi          : Beberapa B adalah A (bila menggunakan diagram venn, akan lebih terlihat bahwa Ada himpunan B dan A, dimana ada potongan antara B dan A).
Bila menggunakan himpunan, maka akan terlihat perbedaan antara bersertifikat akuntan publik dan akuntan publik bersertifikat. Asersi pertama menunjukkan bahwa ada himpunan orang-orang bersertifikat, salah satunya adalah akuntan publik (himpunan bersertifikat dokter, bersertifikat dosen, bersertifikat guru, bersertifikat akuntan publik). Asersi kedua berarti ada himpunan akuntan (akuntan, akuntan publik, akuntan pajak), dan dalam akuntan publik, ada akuntan publik bersertifikat dan akuntan publik tidak bersertifikat. Disini terlihat bahwa beda asersi, maknanya bisa berbeda.
Ada beberapa jenis asersi, yaitu asumsi, hipotesis, dan pernyataan fakta. Asumsi adalah asersi yang kebenarannya tidak diketahui, tetapi kita yakini benar. Hipotesis adalah asersi yang kebenarannya belum teruji. Pernyataan adalah fakta, adalah asersi yang kebenarannya jelas diketahui. Fungsi asersi ini adalah untuk pernyataan premis atau konklusi.
2.        Keyakinan (belief)
Keyakinan bahwa pernyataan konklusi valid adalah keluaran (output) dari penalaran. Keyakinan adalah kebersediaan untuk menerima bahwa suatu asersi adalah benar tanpa memperhatikan apakah argumen valid atau tidak atau apakah asersi tersebut benar atau tidak.
Properitas keyakinan terdiri dari:
ü  Keadabenaran: suatu keyakinan ‘proper’ bila ada kebenarannya
ü  Bukan pendapat: suatu keyakinan harus bukan merupakan pendapat seorang (paling tidak pendapat seorang yang sudah disetujui bersama-sama)
ü  Bertingkat: ada tingkatan keyakinan (tidak yakin-yakin sekali)
ü  Berbias: keyakinan bisa berbeda-beda tiap orang, dipengaruhi berbagai hal (contoh, keyakinan bahwa ajaran suatu agama paling benar)
ü  Bermuatan nilai: keyakinan dilekati nilai-nilai (etika, moral, agama)
ü  Berkekuatan: kekuatan keyakinan orang.
ü  Veridikal: kesesuaian keyakinan dengan kenyataan.
ü  Berketertempaan: keyakinan harus tidak mudah untuk diubah.
3.        Argumen (argument)
Argumen merupakan proses dari penalaran, yaitu proses saling menginferensikan pernyataan-pernyataan yang ada. Argumen merupakan serangkaian asersi beserta inferensi atau penyimpulan yang terlibat di dalamnya, merupakan poin penting dalam penalaran. Argumen ini merupakan bukti rasional akan kebenaran suatu pernyataan. Berarti, argumen berfungsi untuk memelihara, membentuk, atau mengubah keyakinan.
Diatas terlihat bahwa argumen terdiri dari asersi.
Argumen terdiri dari Argumen deduktif dan nondeduktif (induktif, analogi, sebab akibat).
Argumen deduktif adalah argumen yang simpulannya diturunkan dari serangkaian asersi umum yang disepakati atau dianggap benar (disebut premis baik major maupun minor). Pada umumnya berstruktur silogisma sehinga disebut argumen logis (logical argument).
Contoh:
Semua binatang menyusui berparu-paru.
Kucing adalah binatang menyusui.
Kesimpulannya, kucing berparu-paru.

ü  Kriteria kebenaran argumen deduktif ini adalah kelengkapan, kejelasan (apakah artinya jelas), validitas (konklusi mengikuti premis), keterpercayaian (premis dapat dipercaya).
ü  Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif adalah kebenaran logis bukan kebenaran empiris (realitas).
ü  Kriteria kebenaran logis: semua premis benar, konklusi mengikuti semua premis, semua premis dapat diterima.
Argumen induktif adalah argumen yang simpulannya merupakan perampatan atau generalisasi dari keadaan atau pengamatan khusus sebagai premis. Generalisasi menjadikan argumen induktif merupakan argumen ada benarnya (plausible argument) bukan argumen pasti benarnya atau logis (logical argument).
Contoh argumen induktif:
Kebanyakan orang Jawa Timur berani bicara.
Wardoyo orang Jawa Timur. Kesimpulannya,
Wardoyo berani berbicara. Argumen ini boleh jadi benar atau belum tentu benar (untuk meyakinkan, perlu dilekati confidence level, misalnya 95%).

Argumen Analogi: Argumen yang menurunkan konklusi atas dasar kemiripan karakteristik, pola, fungsi, atau hubungan unsur suatu objek yang disebutkan dalam asersi. Kemiripan ini merupakan hubungan konseptual bukan hubungan fisis atau keidentikan. Analogi ini memiliki kelemahan, karena bagaimanapun juga apa yang dianalogikan memiliki banyak kelemahan. Perbedaan yang melemahkan konklusi sering disembunyikan, padahal perbedaan sering lebih dominan daripada kemiripan.

Argumen Sebab Akibat: Argumen untuk mendukung bahwa perubahan faktor tertentu disebabkan oleh faktor yang lain. Kriteria penyebaban: Faktor sebab bervariasi dengan faktor akibat (efek), faktor sebab terjadi sebelum atau mendahului faktor akibat, tidak ada faktor lain selain faktor sebab yang diidenfikasi.
 III.            Evaluasi Validitas Argumen
Kecohan (Fallacy)
Keyakinan semu atau keliru akibat orang terbujuk oleh suatu argumen yang mengandung catat (faulty) atau tidak valid.
Orang dapat terkecoh akibat taktik membujuk selain dengan argumen yang valid.
Orang dapat mengecoh atau terkecoh disebabkan oleh:
Strategem
Stretegem merupakan suatu pendekatan atau cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan sesorang dengan cara selain mengajukan argumen yang valid dan masuk akal. Strategem itu sendiri merupakan salah satu bentuk argumen karena mengupayakan agar seseorang bersedia melakukan sesuatu. Strategem biasanya digunakan untuk membela pendapat yang sebenarnya keliru atau lemah dengan cara melakukan suatu kebohongan atau muslihat.
Terdapat beberapa bentuk stratregem yang sering di jumpai dalam masyarakat, yaitu: persuasi taklangsung, membidik orangnya, menyampingkan masalah, misrepresentasi, imbauan cacah, imbauan autoritas, imbauan tradisi, dilema semu, dan imbauan emosi.
Salah Nalar
Salah nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan kesimpulan sehingga kesimpulan tersebut menjadi tidak valid. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, salah nalar bisa terjadi apabila pengambilan kesimpulan tidak didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid.
Terdapat beberapa bentuk salah nalar yang sering kita jumpai yaitu: menegaskan konsekuen, menyangkal antiseden, pentaksaan, perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian analogis, perancuan urutan kejadian dengan penyebaban, serta pengambilan konklusi pasangan.
 IV.            Aspek Manusia Dalam Penalaran
Selain strategem dan salah nalar, hal lain yang juga dapat mengakibatkan kecohan dalam proses penalaran adalah terletak pada aspek manusia itu sendiri. seperti yang telah dikemukakan bahwa suatu proses dalam merubah keyakinan akan melibatkan dua pihak, yaitu manusia yang memiliki keyakinan itu sendiri dan asersi. Manusia tidak selalu rasional dan bersedia berargumen, sedangkan asersi tidak semua dapat ditentukan kebenarannya secara objektif.
Beberapa aspek manusia yang dapat menjadi penghalang penalaran dan pengembangan ilmu, yaitu: penjelasan sederhana, kepentingan mengalahkan nalar, sindroma tes klinis, mentalitas djoko tingkir, persistensi, fiksasi fungsional, dan merasionalkan daripada menalar. Dalam hal penalaran manusia tidak selalu rasional dan bersedia beragumen, sementara itu tidak semua asersi dapat ditentukan kebenarannya secara objektif dan tuntas.
Rasionalitas menuntut penjelasan yang sesuai dengan fakta. Namun, pada kenyataannya keinginan yang kuat untuk memperoleh penjelasan sering menjadikan orang puas dengan penjelasan sederhana yang pertama kali ditawarkan, sehingga dia tidak lagi berupaya untuk mengevaluasi secara seksama kelayakan penjelasan dan membandingkannya dengan penjelasan alternatif.
Bila keputusan terlanjur diambil padahal keputusan tersebut mengandung kesalahan, maka orang cenderung melakukan rasionalisasi bukan lagi argumen untuk mendukung keputusan. Dikarenakan tradisi atau kepentingan, orang sering bersikap persisten terhadap keyakinan yang terbukti salah.

No comments:

Post a Comment