Tuesday 25 December 2012

Contoh Kasus Audit

PT. Tri Plastik Indonesia telah menjadi klien audit KAP Bima, Rian, Sunardi, & Badri (BRS&B)  selama beberapa tahun. PT. Tri Plastik Indonesia dirintis oleh Tri Antoro yang memiliki 51% saham perusahaan. Sisanya dimiliki oleh sekitar 200 pemegang saham yang merupakan investor tanpa tanggung jawab operasonal. PT. Tri Plastik Indonesia membuat produk dengan bahan baku utama adalah plastik. Beberapa dibuat karena pesanan, tapi kebanyakan produk dibuat untuk persediaan. Sebuah contoh produk manufaktur PT. Tri Plastik Indonesia adalah alat kursi plastik yang digunakan dengan sistem pengencang tertentu.
PT. Tri Plastik Indonesia telah berkembang dari sebuah perusahaan kecil, yang hanya memproduksi dua jenis barang, ketika mereka pertama kali melakukan kontrak kerja dengan BRS&B, hingga kini menjadi perusahaan sukses dengan produk yang beragam. Pada saat Roni Hartanto dari BRS&B menjadi menejer auditnya, penjualan tahunan telah berkembang menjadi Rp 20 miliar dan laba menjadi Rp 1,9 miliar. Secara historis, perusahaan tidak memiliki masalah-masalah audit yang luar biasa, dan BRS&B telah menerbitkan opini audit wajar tanpa pengecualian setiap tahunnya.
Pendekatan audit BRS&B yang selalu diterapkan pada PT. Tri Plastik Indonesia adalah pendekatan audit “substantif”. Dlam pendekatan ini, auditor yang bertugas mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal sebagai bagian dari produser pengukuran risiko, namun risiko pengendalian nilai pada tingkat maksimum (100%). Prosedur analitis yang meluas telah dilakukan pada laporan laba rugi, dan fluktuasi yang tidak biasa telah diselidiki. Prosedur audit terperinci ditekankan pada akun-akun neraca di awal tahun, maka saldo laba dan laporan laba ruginya pasti benar.
Bagian I
Dalam mengevaluasi pendekatan audit untuk PT. Tri Plastik Indonesia untuk audit tahun berjalan, Roni Hartanto yakin bahwa pendekatan substantif hanya tepat utuk audit pada perusahaan perusahaan kecil. Dalam penilaian, PT. Tri Plastik Indonesia, dengan penjualan Rp20 miliar dan 46 pegawai, telah memenuhi ukuran yang tidak ekonomis, dan mungkin juga tidak bijak, untuk mengkonsentrasikan semua pengujian pada neraca. Selain itu, ketentuan terkini di Pasal 404 Sarbanes Oxley Act dan standar 2 PCAOB terkait sekarang ini mengharuskan audit atas laporan keuangan dan pengendalian internal atas laporan keuangan. Sehingga, program audit yang dirancang yang ditekankan pada identifikasi pengendalian internal disemua siklus-siklus transaksi penting dan dimasukkan dalam pengujian pengendalian. Selain untuk memenuhi ketentuan baru dalam PCAOB, manfaat ekonomi yang diinginkan dari pendekatan “pengurangan resiko pengendalian” adalah waktu yang dihabiskan untuk menguji pengendalian akan menjadi lebih banyak dibandingkan dengan kompensasi yang didapatkan dari pengurangan pengujian terperinici atas akun- akun neraca.
Dalam merencanakan pengujian persediaan, Roni menggunakan model resiko audit yang tercakup dalam standar audit untuk menentukan jumlah unsur persediaan yang akan diuji oleh BRS&B diakhir tahun. Karena banyaknya jenis produk, keunggulan, ukuran dan warna, persediaan PT Tri PLastik Indonesia terdiri dari 2.450 jenis barang yang berbeda. Semua persediaan tersebut dicatat dalam sistem manajemen persediaan perpetual yang menggunakan basis data relasional.
Dalam menggunakan model resiko audit untuk persediaan, Roni yakin bahwa resiko audit sebanyak 5% dapat diterima. Ia menilai resiko bawaannya tinggi (199%) karena persediaannya, berdasarkan sifatnya, merupakan objek untuk banyak jenis salah saji. Berdasarkan pemahamannya atas siklus-siklus transaksi yang relevan, Roni yakin bahwa pengendalian internalnya sudah baik. Sehingga ia menilai resiko pengendaliannya rendah (50%) sebelum melakukan mengujian pengendalian. Roni juga merencanakan untuk menggunakan prosedur analitis untuk menguji persediaan. Pengujian yang direncanakan ini termasuk membandingkan margin kotor perbulan dan mengkaji jenis-jenis persediaan yang perputarannya rendah. Roni yakin bahwa pengujian tersebut akan memberikan keyakinan 40%. Pengujian substantif perincian akan memasukkan pengujian kuantitas, biaya, dan nilai realisasi bersih persediaan pada tanggal interim 2 bulan sebelum akhir tahun. Pengujian pisah batas akan dilakukan diakhir tahun. Tanya jawab dan prosedur analitis akan dipakai sebagai keyakinan untuk kejadian-kejadian antara tanggal audit interim dan akhir tahun fiskal.
Diminta :
a.    Tentukan manakah berikut ini yang kemungkinan akan dilakukan dalam pendekatan pengurangan resiko pengendalian dan pendekatan substantif.
1.    Menilai resiko audit yang dapat diterima
2.    Menilai resiko bawaan
3.    Mendapatkan pemahaman atas pengendalian
4.    Menilai resiko pengendalian kurang dari 100%
5.    Melakukan prosedur analitis
6.    Menilai resiko deteksi yang direncanakan
b.     Apakah kelebihan-kelebihan dari pendekatan pengurangan resiko pendalian yang direncanakan akan digunakan oleh Roni dibandingkan dengan pendekatan yang sebelumnya digunakan dalam mengaudit Tri Plastik Indonesia?
c.    Apakah kelebihan dari pendekatan substantif dibandingkan dengan pendekatan pengurangan resiko pengendalian?
Bagian II
            Partner perikatan setuju dengan pendekatan yang direkomendasikan Roni. Dalam perencanaan bukti audit untuk pengujian persediaan terperinci, model resiko audit diterapkan dengan hasil berikut ini.
TDR=AAR/IRxCRxAPR
Dimana :
TDR         = Pegujian terperinci atas resiko
AAR         = Resiko audit yang dapat diterima
IR             = Resiko melekat
CR           = Resiko pengendalian
APR         = Resiko prosedur analitis
Oleh karena itu, dengan menggunakan penilaian Roni yang dijelaskan sebelumnya,
TDR=0,05/1,0x0,5x0,6
TDR=0,17 
Diminta:
a.    Jelaskan apa arti 0,17 dalam audit ini.
b.    Hitunglah TDR dengan mengasumsikan Roni telah menilai resiko pengendalian 100% dan semua resiko lain yang disebutkan.
c.    Jelaskan efek dari jawaban Anda dalam persyaratan b pada prosedur audit yang direncanakan dan pada ukuran sampel dalam audit persediaan, dibandingkan dengan 0,17 yang dihitung Roni.



Bagian III
            Walaupun perencanaan berjalan dengan baik, pengujian aktual menghasilkan beberapa kejutan. Ketika melakukan pengujian pengendalian terhadap akuisisi dan tambahan terhadap persediaan perpetual. Staf yang melakukan pengujian menemukan, tingkat pengecualian untuk beberapa pengendalian kunci lebih tinggi secara signifikan. Sebagai hasilnya, staf mempertimbangkan pengendalian internal tidak bisa berjalan dengan efektif, mendukung 80% resiko pengendalian daripada tingkat yang digunakan 50%. Berdasarkan hal itu, staf person “ mengerjakan ulang” model resiko audit seperti berikut ini
TDR=0,5/1x0,8x0,6
TDR=0,1
Pengujian terperinci 10% saldo, masih nampak dalam rentang “moderate” bagi personal staf, jadi Ia merekomendasikan tidak ada peningkatan dalam ukuran sampel yang direncanakan untuk pengujian substantif.
Diminta:
Apakah Anda setuju dengan penilaian yang direvisi dari staf tersebut tentang dampak pengujian pengendalian pada pengujian substantif yang direncanakan ? Jelaskan kondisi dan dasar dari setiap ketidaksetujuan. Juga jelaskan implikasi dari hasil ini pada laporan auditor tentang pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.

disini

8 comments:

  1. bisa tolong diposting jawabannya?
    sebagai pembelajaran, makasih

    ReplyDelete
  2. Sudah diposting. Terima Kasih telah berkunjung.
    ;))

    ReplyDelete
  3. Lihat di Posting Jawaban pada My Post Seminar Kasus Audit. :X

    ReplyDelete
  4. Boleh tau jawabanya yang mana ?

    ReplyDelete
  5. Pretty! This was an incredibly wonderful article.
    Thank you for supplying this info.

    ReplyDelete